Let's make this life Easy, as well as you can
Mengulas berbagai cerita kehidupan mulai dari tradisi hingga teknologi, tips, solusi, informasi, internet, pekerjaan, hiburan, Kesehatan, mitos, fakta, klenik, unik bahkan mistik yang diulas berdasarkan pengalaman serta dari berbagai referensi, semoga bermanfaat
Belakangan ini kita sering melihat berbagai kasus yang mungkin memalukan hanya karena sebuah teguran, contohnya ketika orang tua murid menyerang balik sang guru ketika anaknya mengadu karena telah ditegur oleh guru, apa yang menyebabkan sebuah teguran malah memicu emosi seseorang? ego, merasa mumpuni, merasa layak, merasa berpengaruh atau merasa lebih berhak? atau mungkin dia terlalu "tolol" dalam menanggapi sebuah teguran.

Mendapat teguran saat menyerobot antrian

Kejadian kecil ini saya alami terhadap seorang ibu-ibu yang tiba-tiba menyerobot antrian di sebuah tempat penukaran tiket.

Awalnya saya tak menduga jika si ibu muda yang nampak orang terpelajar ini akan menyerobot antrian, sebelumnya dia memperhatikan setiap orang yang ada dalam barisan antrian sambil melihat tiket yang dipegang para pengantri tersebut.

Mungkin karena si ibu muda ini merasa bahwa tiket yang akan ditukarnya lebih sedikit daripada pengantri lain, diapun langsung nyelonong ke meja kasir/resepsionis sambil meletakan tiketnya di meja tersebut yang saat itu si kasir hampir selesai melayani pelanggan.

Karena telah berdiri lama dalam antrian, melihat hal itu sayapun bereaksi "Maaf Bu, mau nukerin tiket ya? Saya dan orang-orang dibelakang saya juga sama Bu, sudah ngantri dari tadi".

Ditegur malah marah-marah

Saya pikir apa yang saya katakan cukup baik-baik, iya kan? negur nya enggak pakai "Wooii... antri dong!", namun mungkin bukan karena bahasa yang berusaha saya sampaikan dengan baik-baik, mungkin si ibu muda itu merasa Malu telah ditegur hingga membuatnya nampak kesal.

"Punya saya cuma sedikit kok!" alasan itulah yang dikatakannya sambil menatap saya dengan wajah penuh keterkejutan dan nampak kesal dan mungkin muak melihat muka saya.

"Ya, saya tahu itu, namun apakah ibu sudah minta ijin sama pengantri yang lain? apakah mereka legowo jika antriannya diserobot?" lanjut saya pada ibu muda tersebut.

"Kamu ini siapa sih? belagu amat" kata ibu muda itu sambil mengambil tiketnya (sedikit menggebrak meja) yang sudah diletakan dimeja, kemudian diapun bergegas pergi sambil berkata "Ya sudah, gak perlu nukerin tiket gua mah, gak penting!".

Melihat hal itu sayapun menengok kebelakang dimana orang-orang sedang berdiri mengantri, ada yang memalingkan wajah, ada yang pura-pura tah tahu dan ada pula yang sepertinya mendukung. "Tiket saya juga dikit, ga gitu-gitu amat" kata salah seorang pengantri.

Bukannya tidak menghargai seorang wanita, namun cara ibu muda itu (nyelonong) yang harus ditegur, mungkin jika dia baik-baik minta ijin, pasti saya ijinin, apapun alasannya.

Sepertinya dalam hal ini dapat dikategorikan karena si ibu merasa layak untuk mendapat pelayanan tercepat, ini mirip dengan kebiasaan "Memiskinkan Diri" dimana mereka selalu merasa berhak dan harus lebih dulu untuk mendapat bantuan meski mereka tidak memerlukannya.

Teguran lainnya yang membuat seseorang marah

Kejadian lainnya saya alami di sebuah mini market, kali ini bukan saya yang menegur melainkan Kasir yang sangat memahami budaya antri.

Saat itu mungkin saya mendapat giliran ke 5 dari antrian orang yang hendak membayar belanjaannya di sebuah minimarket, meski terasa berat untuk mengantri karena melihat orang-orang didepan saya membawa 1-2 keranjang penuh, namun saya tetap harus menerima kenyataan (antri) meski belanjaan saya terbilang sedikit.

Tiba tiba seorang ibu berpengawakan subur berusia kurang lebih 40-45 tahun menyerobot antrian sambil berkata pada kasirnya "De tolong punya saya dulu ya, cuma dikit kok". Kok minta ijinnya kekasir sih?

Untungnya si Kasir sangat tegas "maaf bu, silahkan antri dibelakang". "Aduuhhh... punya saya cuma dikit kok" kata si ibu yang dijawab lagi oleh si kasir cantik "Iya bu, tapi mohon antri ya".

Tanpa basa-basi si ibu setengah melemparkan keranjang yang berisi belanjaan sambil ngeloyor pergi, kita tahu lah bagaimana seorang wanita ketika sedang marah-marah sambil pegi, cara dia melangkah (menggebris), membuka (menendang) pintu dan menutup (membanting) pintu... "Ya sudah kalo begitu, saya ga jadi belanjanya".

Kenapa orang menyerobot antrian?

Jika seseorang memang harus menyerobot antrian, biasanya hal ini berkaitan dengan sesuatu yang mendesak dan membahayakan, meski demikian ada etika yang harus digunakan, misalnya dia harus meminta ijin pada semua pengantri dengan cara berbicara didepan antrian dan menjelaskan alasannya harus menyerobot antrian.

Namun jika alasannya sama dengan pengantri yang lain, besar kemungkinan anda tidak akan diijinkan menyerobot antrian di apotik, misalnya "Bapak dan Ibu, saya harus segera menebus resep obat ini, ini sangat gawat", tanpa diduga seluruh antrian menjawab hal yang sama "Kami juga sedang gawat, jika antrian kami di potong mungkin akan terlambat menyelamatkan pasien".

Adapun hal lainyya kenapa seseorang menerobos antrian adalah karena dia merasa memiliki pengaruh, merasa siap menghadapi pengantri yang protes dan juga mungkin karena merasa lebih hebat.

Dipukuli karena nyerobot antrian di SPBU

Kejadian lainnya yang pernah saya lihat adalah ketika seseorang (mirip anggota geng) nyerobot antrian si sebuah SPBU, dia datang dengan knalpot khas super berisik sambil menggeber-geber motornya menyerobot antrian langsung menuju pompa SPBU.

Tak diduga, seorang pria berpenampilan cepak yang ada dibelakang antrian saya menghardik "Woi, apaan tuh? antri dong". Tanpa melirik kebelakang sipenyerobot malah dengan santainya berteriak "Lo yang tolol, jika bisa langsung kenapa harus antri".

Pria berpenampilan cepak itupun langsung menghampiri penyerobot tersebut dengan wajah memerah, kejadiannya tak perlu dijelaskan, anda bisa membayangkannya sendiri.

Labels: , , ,



| Cari ditegur, kenapa marah? di : AOL | Ask | Bing | DuckDuckGo | Microsoft | Google | ixquick | Yahoo | Yandex | Yippy | MySearch